Loading...
link : Cerita mistik Kakek pemikul kepala manusia
Cerita mistik Kakek pemikul kepala manusia
Kadang karena keluyuran malam, sering menjumpai fenomena mistis yang mungkin menarik jika di bagikan ke pembaca, untuk memudahkan penulis memakai sudut pandang aku.
Pada suatu malam, aku keluar rumah dengan tujuan untuk mencari angin dan menghilangkan rasa penat setelah seharian bekerja, waktu itu baru jam sembilan malam, Begitu keluar dari rumah langkah kaki kuayunkan menuju ke arah jalan raya. Tak seperti biasanya malam itu suasana cukup ramai
bahkan kendaraan pun masih hilir mudik, padahal pada hari-hari lain, baru jam delapan malam saja kota majalengka sudah terasa begitu sepi.
ketika langkah kakiku mendekati GGM (gelanggang generasi muda), suasana semakin ramai, karena ada pasar malam.aku sendiri memutuskan untuk segera meninggalkan lapangan GGM. Tak jauh dari tempatku berada kulihat seorang gadis remaja sebaya anak SMU sedang berdiri dengan resah, wajahnya cantik sekali, berkulit kuning langsat dan nampak seksi menawan, sementara pakaian yang dikenakannya berupa kaos berwarna merah muda dan celana pendek berwarna putih. Pakaian ini menurutku terlalu menggoda lawan jenis, tak heran bila beberapa anak lelaki yang lewat di hadapannya, menyempatkan diri memandangnya dengan tatapan nakal.
Yang membuat saya tertarik bukan karena keseksiannya,melainkan karena kegelisahan yang nampak pada wajahnya dan sikapnya. ya, mata gadis itu terus menerus menatap orang-orang yang lewat seperti ada seseorang yang dicarinya. Dugaan ku di terpisah dari keluarga atau teman-temannya.
Terdorong oleh rasa kasihan, aku lalu mendekatinya, siapa tau dia membutuhkan bantuan. Aku tak merasa canggung sedikitpun, karena sudah terbiasa menghadapi anak-anak remaja. Bahkan dirumah, aku memiliki banyak murid privat yang sebaya gadis ini. "sepertinya adik sedang mencari sesuatu, apa perlu saya bantu?'' tanyaku setelah berada disampingnya.
Gadis itu seperti terkejut, lalu berpaling menatapku. sesaat kemudian, dia menjawab, bahwa tadi ia berdesak-desakkan di pintu lapangan, dirinya terpisah dari teman-temannya yang lain. Ya perkiraanku ternyata tidak meleset, kataku dalam hati.
"Kelihatannya mereka menuju kearah mana?" tanyaku lagi
"Saya tidak tau, tapi yang jelas, mereka pasti sedang mencari saya" jawabnya
"Bagaimana kalau kita cari teman-temanmu itu ketengah lapangan dan ke stand-stand pameran?'' kataku
"Saya tidak sanggup kalau untuk berdesak-desakkan lagi seperti tadi" jawabnya
"Apakah adik dan teman ada yang bawa hp?''
salah seorang teman ada yang bawa, tapi saya tidak, hp saya ketinggalan dirumah''.
"kalau begitu lebih baik segera pulang saja,rumahmu dimana?"
Gadis semampai yang mengaku bernama reni ini, lalu menyebutkan alamat rumahnya. "Angkot yang kearah timur memang masih banyak tapi saya tidak berani pulang sendirian. sebab dari jalan raya kerumah saya masih harus jalan kaki cukup jauh, melalui jalanan kampung yang sepi dan melewati kebun, kebun. kalau malam keadaannya sangat menyeramkan.
"Saya takut!"
"Bagaimana kalau saya anterin?"
Mendengar tawaranku, Reni tidak langsung menerima, dia malah memandangku lekat-lekat, sesaat kemudian barulah dia tampak mengangguk seraya bertanya ,"Apakah kakak tidak keberatan?''
"menolong orang adalah kewajiban manusia", jawabku singkat.
Setelah sepakat kami lalu berjalan beriringan menuju ke sebelah selatan, lalu ketimur dimana angkutan kota biasa mangkal. Kami langsung naik angkot yang penumpangnya cukup penuh dan siap berangkat, kendaraan langsung melaju dan tak lama berselang kamipun tiba di belokan jalan yang menuju rumah Reni.
Kini, langkah kami mulai menyusuri jalanan kecil yang sepi, terdengar suara lolongan anjing dari kejauhan, tanpa segan-segan Reni merapatkan tubuhnya padaku serta memegangi tanganku.
Ah, kasihan gadis ini nampaknya benar-benar ketakutan, belum berapa lama berjalan tiba-tiba didepan kami nampak seseorang yang sedang menuju kearah yang sama, sambil memikul sesuatu. Entah apa yang dipikulnya, sepertinya orang itu berjalan dengan sangat lambat sehingga dalam waktu singkat tersusul oleh kami, dalam keremangan malam, wajah orang itu tak begitu jelas tetapi ada kemungkinan dia adalah kakek-kakek karena jalannya agak membungkuk. Dia memakai baju dan celana hitam, mengenakan topi berbentuk kukusan atau caping, serta tidak beralas kaki.
"Maaf kek kami duluan,"kataku saat kami hendak mendahuluinya.
Si kakek terdengar menggumamkan kata-kata yang tidak jelas artinya, dengan suara yang agak sengau,
"Aneh setelah bertemu kakek itu merasa takut sekali, Kak!" bisik reni begitu jarak kami agak jauh dari kakek pemikul durian.
"Ah, itu hanya perasaanmu saja, oh iya rumahmu masih jauh?" aku mencoba mengalihkan perhatian
"Tidak begitu jauh lagi kira-kira tiga ratus meter dari belokkan itu," jawab Reni.
Baru saja memasuki jalan belokkan yang dimaksud, mata kami langsung terbelalak. Entah bagaimana caranya tiba-tiba si kakek pemikul durian tadi, nampak sudah beberapa langkah didepan kami. Seolah kakek itu hendak mencegah langkah kami. Aku langsung menduga bahwa si kakek itu bukanlah manusia biasa, melainkan sebangsa hantu. Tiba-tiba Reni menyeret tanganku, kemudian berlari dengan penuh ketakutan.
Saat melewati si kakek saya menyempatkan diri untuk melirik lagi isi wadah yang dipikulnya. ya ampun, kini sudah berubah .bukan lagi berisi buah durian. Tetapi tumpukan kepala manusia. Yang menakutkan, kepala-kepala itu kelihatan masih hidup. Matanya berkedip-kedip sementara mulutnya menyeringai menyeramkan.
Untungnya Reni berlari sambil berusaha memalingkan wajahnya dari si kakek sehingga tidak melihat isi wadah tersebut. Celakanya dia tidak sempat melepaskan pegangan pada tanganku. Akibatnya akupun terjatuh menimpa tubuh Reni dari belakang, Aku buru-buru bangkit lalu menengok kebelakang melihat kakek itu, ternyata hantu kakek itu telah raib entah kemana.
"Maaf tadi aku menindih kamu,saat jatuh" kataku meminta maaf
Reni tergelak lalu berkata, "itu kan tidak sengaja? Sebenarnya sayalah yang salah karena kurang hati-hati dalam berjalan. Sejak awal bertemu saya sudah tau kalau kakak ini memang niat menolong tak ada niatan jelek.itulah sebabnya makanya saya langsung percaya.
Kalau niat seseorang jelek, walaupun secara lahiriyah dikemas dalam kebaikan, saya pasti merasakannya dan sudah tentu pula akan segera menolak bantuan yang di tawarkan.
setelah terdiam sejenak lalu aku menyambung, "Eh ngomong-ngomong nanti setibanya dirumah, tolong teman-temanmu segera ditelepon supaya merasa tenang."
"itu sudah pasti.bahkan saya akan meminta papa untuk menjemput mereka dengan mobilnya" jawabannya sungguh-sungguh. wah kalau memiliki mobil reni orang kaya, kataku dalam hati.
Akhirnya, Reni selamat sampai dirumah, ketika aku pamitan ayahnya Reni bermaksud mengantarkanku sampai rumah, sekalian menjemput teman-teman anaknya. tetapi niat baik kutolak dengan alasan aku pura-pura menjumpai seorang teman yang kebetulan masih daerah deket rumahnya Reni.
Dalam perjalanan pulang, dihatiku muncul beberapa pertanyaan: hendak kemana kakek yang tadi menampakkan diri? Lalu kepala siapa yang dia bawa? Kepala silumankah atau kepala orang-orang yang melakukan pesugihan, namun yang pasti hantu ini sengaja mengganggu kami.
Pada suatu malam, aku keluar rumah dengan tujuan untuk mencari angin dan menghilangkan rasa penat setelah seharian bekerja, waktu itu baru jam sembilan malam, Begitu keluar dari rumah langkah kaki kuayunkan menuju ke arah jalan raya. Tak seperti biasanya malam itu suasana cukup ramai
bahkan kendaraan pun masih hilir mudik, padahal pada hari-hari lain, baru jam delapan malam saja kota majalengka sudah terasa begitu sepi.
ketika langkah kakiku mendekati GGM (gelanggang generasi muda), suasana semakin ramai, karena ada pasar malam.aku sendiri memutuskan untuk segera meninggalkan lapangan GGM. Tak jauh dari tempatku berada kulihat seorang gadis remaja sebaya anak SMU sedang berdiri dengan resah, wajahnya cantik sekali, berkulit kuning langsat dan nampak seksi menawan, sementara pakaian yang dikenakannya berupa kaos berwarna merah muda dan celana pendek berwarna putih. Pakaian ini menurutku terlalu menggoda lawan jenis, tak heran bila beberapa anak lelaki yang lewat di hadapannya, menyempatkan diri memandangnya dengan tatapan nakal.
Yang membuat saya tertarik bukan karena keseksiannya,melainkan karena kegelisahan yang nampak pada wajahnya dan sikapnya. ya, mata gadis itu terus menerus menatap orang-orang yang lewat seperti ada seseorang yang dicarinya. Dugaan ku di terpisah dari keluarga atau teman-temannya.
Terdorong oleh rasa kasihan, aku lalu mendekatinya, siapa tau dia membutuhkan bantuan. Aku tak merasa canggung sedikitpun, karena sudah terbiasa menghadapi anak-anak remaja. Bahkan dirumah, aku memiliki banyak murid privat yang sebaya gadis ini. "sepertinya adik sedang mencari sesuatu, apa perlu saya bantu?'' tanyaku setelah berada disampingnya.
Gadis itu seperti terkejut, lalu berpaling menatapku. sesaat kemudian, dia menjawab, bahwa tadi ia berdesak-desakkan di pintu lapangan, dirinya terpisah dari teman-temannya yang lain. Ya perkiraanku ternyata tidak meleset, kataku dalam hati.
"Kelihatannya mereka menuju kearah mana?" tanyaku lagi
"Saya tidak tau, tapi yang jelas, mereka pasti sedang mencari saya" jawabnya
"Bagaimana kalau kita cari teman-temanmu itu ketengah lapangan dan ke stand-stand pameran?'' kataku
"Saya tidak sanggup kalau untuk berdesak-desakkan lagi seperti tadi" jawabnya
"Apakah adik dan teman ada yang bawa hp?''
salah seorang teman ada yang bawa, tapi saya tidak, hp saya ketinggalan dirumah''.
"kalau begitu lebih baik segera pulang saja,rumahmu dimana?"
Gadis semampai yang mengaku bernama reni ini, lalu menyebutkan alamat rumahnya. "Angkot yang kearah timur memang masih banyak tapi saya tidak berani pulang sendirian. sebab dari jalan raya kerumah saya masih harus jalan kaki cukup jauh, melalui jalanan kampung yang sepi dan melewati kebun, kebun. kalau malam keadaannya sangat menyeramkan.
"Saya takut!"
"Bagaimana kalau saya anterin?"
Mendengar tawaranku, Reni tidak langsung menerima, dia malah memandangku lekat-lekat, sesaat kemudian barulah dia tampak mengangguk seraya bertanya ,"Apakah kakak tidak keberatan?''
"menolong orang adalah kewajiban manusia", jawabku singkat.
Setelah sepakat kami lalu berjalan beriringan menuju ke sebelah selatan, lalu ketimur dimana angkutan kota biasa mangkal. Kami langsung naik angkot yang penumpangnya cukup penuh dan siap berangkat, kendaraan langsung melaju dan tak lama berselang kamipun tiba di belokan jalan yang menuju rumah Reni.
Kini, langkah kami mulai menyusuri jalanan kecil yang sepi, terdengar suara lolongan anjing dari kejauhan, tanpa segan-segan Reni merapatkan tubuhnya padaku serta memegangi tanganku.
Ah, kasihan gadis ini nampaknya benar-benar ketakutan, belum berapa lama berjalan tiba-tiba didepan kami nampak seseorang yang sedang menuju kearah yang sama, sambil memikul sesuatu. Entah apa yang dipikulnya, sepertinya orang itu berjalan dengan sangat lambat sehingga dalam waktu singkat tersusul oleh kami, dalam keremangan malam, wajah orang itu tak begitu jelas tetapi ada kemungkinan dia adalah kakek-kakek karena jalannya agak membungkuk. Dia memakai baju dan celana hitam, mengenakan topi berbentuk kukusan atau caping, serta tidak beralas kaki.
Ketika mataku melirik keWadah yang terbuat dari anyaman bambu yang dipikul ,ternyata isinya durian.Namun hidungku sama sekali tidak mencium bau harum menyengat yang biasanya keluar dari bau buah durian.
Si kakek terdengar menggumamkan kata-kata yang tidak jelas artinya, dengan suara yang agak sengau,
"Aneh setelah bertemu kakek itu merasa takut sekali, Kak!" bisik reni begitu jarak kami agak jauh dari kakek pemikul durian.
"Ah, itu hanya perasaanmu saja, oh iya rumahmu masih jauh?" aku mencoba mengalihkan perhatian
"Tidak begitu jauh lagi kira-kira tiga ratus meter dari belokkan itu," jawab Reni.
Baru saja memasuki jalan belokkan yang dimaksud, mata kami langsung terbelalak. Entah bagaimana caranya tiba-tiba si kakek pemikul durian tadi, nampak sudah beberapa langkah didepan kami. Seolah kakek itu hendak mencegah langkah kami. Aku langsung menduga bahwa si kakek itu bukanlah manusia biasa, melainkan sebangsa hantu. Tiba-tiba Reni menyeret tanganku, kemudian berlari dengan penuh ketakutan.
Saat melewati si kakek saya menyempatkan diri untuk melirik lagi isi wadah yang dipikulnya. ya ampun, kini sudah berubah .bukan lagi berisi buah durian. Tetapi tumpukan kepala manusia. Yang menakutkan, kepala-kepala itu kelihatan masih hidup. Matanya berkedip-kedip sementara mulutnya menyeringai menyeramkan.
Untungnya Reni berlari sambil berusaha memalingkan wajahnya dari si kakek sehingga tidak melihat isi wadah tersebut. Celakanya dia tidak sempat melepaskan pegangan pada tanganku. Akibatnya akupun terjatuh menimpa tubuh Reni dari belakang, Aku buru-buru bangkit lalu menengok kebelakang melihat kakek itu, ternyata hantu kakek itu telah raib entah kemana.
"Maaf tadi aku menindih kamu,saat jatuh" kataku meminta maaf
Reni tergelak lalu berkata, "itu kan tidak sengaja? Sebenarnya sayalah yang salah karena kurang hati-hati dalam berjalan. Sejak awal bertemu saya sudah tau kalau kakak ini memang niat menolong tak ada niatan jelek.itulah sebabnya makanya saya langsung percaya.
Kalau niat seseorang jelek, walaupun secara lahiriyah dikemas dalam kebaikan, saya pasti merasakannya dan sudah tentu pula akan segera menolak bantuan yang di tawarkan.
setelah terdiam sejenak lalu aku menyambung, "Eh ngomong-ngomong nanti setibanya dirumah, tolong teman-temanmu segera ditelepon supaya merasa tenang."
"itu sudah pasti.bahkan saya akan meminta papa untuk menjemput mereka dengan mobilnya" jawabannya sungguh-sungguh. wah kalau memiliki mobil reni orang kaya, kataku dalam hati.
Akhirnya, Reni selamat sampai dirumah, ketika aku pamitan ayahnya Reni bermaksud mengantarkanku sampai rumah, sekalian menjemput teman-teman anaknya. tetapi niat baik kutolak dengan alasan aku pura-pura menjumpai seorang teman yang kebetulan masih daerah deket rumahnya Reni.
Dalam perjalanan pulang, dihatiku muncul beberapa pertanyaan: hendak kemana kakek yang tadi menampakkan diri? Lalu kepala siapa yang dia bawa? Kepala silumankah atau kepala orang-orang yang melakukan pesugihan, namun yang pasti hantu ini sengaja mengganggu kami.
Demikianlah Artikel Cerita mistik Kakek pemikul kepala manusia
Sekianlah artikel Cerita mistik Kakek pemikul kepala manusia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Cerita mistik Kakek pemikul kepala manusia dengan alamat link https://jagadlelembututama.blogspot.com/2017/02/cerita-mistik-kakek-pemikul-kepala.html
Loading...
0 Response to "Cerita mistik Kakek pemikul kepala manusia"
Post a Comment